Palembang Independen – Angka inflasi di Sumsel yang menyentuh 6,7 persen pada september 2022 menjadi atensi serius dalam dunia ekonomi. Pasalnya angka tersebut sudah melebihi atau diatas inflasi nasional pada periode yang sama sebesar 5,95 persen.
Demikian diungkapkan ketum Kadin Sumsel H Affandi Udji saat konsolidasi dengan Kadin Kabupaten/kota se Sumsel secara daring, Rabu (23/11)
“Memang secara umum dapat kita katakan bahwa aktifitas perekonomian di Sumatera Selatan sudah normal dan berjalan sebagaimana sediakala. Tetapi pergerakan perekonomian tersebut ternyata diikuti oleh laju inflasi yang tercatat BPS angka 6,7 persen pada bulan September 2022 yang lalu,” kata Affandi.
Mantan ketua HIPMI Sumsel ini menerangkan, penyebab angka inflasi Sumsel tergolong tinggi dipicu oleh kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa bulan yang lalu. Kemudian adanya kenaikan harga yang ditujukan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.
“Terlepas adanya penyebab dorongan inflasi Sumatera Selatan lebih tinggi dari inflasi nasional tersebut, yang jelas inflasi yang sudah menunjukkan angka 6,7 persen tersebut perlu “DIWASPADAI”,” ungkapnya.
Diketahui, BPS mencatat bahwa kenaikan kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 8,41 persen, kelompok pakaian dan alas kaki (3,09 persen), kelompok perumahan, air , listrik dan bahan bakar rumah tangga (2,68 persen), kelompok perlengkapan, perlengkapan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (5,41 persen) dan kelompok kesehatan (2,54 persen). Selanjutnya kelompok transportasi (18,47 persen), kelompok rekreasi, olahraga dan budaya (6,74 persen), kelompok pendidikan (3,85 persen), kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran (4,26 persen) dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (5,50 persen). Sementara kelompok yang mengalami penurunan indeks, adalah kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,21 persen.
“Kita perlu waspada, karena sebentar lagi akan tibanya natal dan kita akan menyambut tahun baru. Nah, biasanya berdasarkan pengalaman masa lalu, dalam menyambut atau merayakan dua hari besar tersebut akan ada dorongan permintaan yang menyebabkan angka inflasi akan meningkat. Belum lagi, jika terjadi resesi ekonomi yang diprediksi akan melanda dunia pada tahun 2023,” sambungnya
Masih menurut Affandi, Kadin Sumsel menghimbau agar pemerintah melalui tim pengendali inflasi daerah (TPID) perlu mengantisipasi lonjakan angka inflasi ini. Dunia usaha akan menghadapi kesulitan, jika angka inflasi terus meningkat. Harga – harga barang dan jasa akan terdorong “NAIK”, daya beli (purchasing power) masyarakat akan turun. Kondisi ini kalau kita biarkan berlarut – larut akan mendorong produksi terhenti, jika produksi terhenti atau macet, maka akan berdampak pada PHK dan dampak ekonomi lainnya termasuk dampak sosial.
“Sekali lagi Kadin Sumsel mengajak pemerintah dan kita semua perlu waspada dengan angka inflasi Sumatera Selatan yang sudah mencapai 6,7 persen tersebut,” tuturnya. (Al/*)