Palembang Independen – Bisnis menurut bahasa diambil dari bahasa inggris yakni bussines yang berarti kesibukan, hasil dari kata dasar busy yang berarti sibuk. Sedangkan menurut istilah, bisnis adalah kesibukan atau aktivitas yang dilakukan oleh pribadi maupun berkelompok yang di dalamnya terdapat proses pembuatan, pembelian, penjualan, atau pertukaran barang maupun jasa dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan. Melalui definisi di atas kita mengetahui bahwa bisnis dapat dilakukan dengan beberapa orang yang terkumpul dalam sebuah organisasi dengan tujuan untuk berbisnis. Sumber daya manusia dalam hal ini adalah keseluruhan individu yang terlibat dalam bisnis menjadi hal yang fundamental dalam peningkatan kinerja bisnis. Bukan hanya melalui SDM nya namun juga prinsip yang dipegang oleh perusahaan dan SDM itu sendiri.
Prinsip NOLAN mungkin cocok menjadi salah satu landasan dan prinsip yang diterapkan oleh pelaku-pelaku bisnis Indonesia untuk kemajuan usahanya. Prinsip NOLAN sendiri merupakan prinsip yang lahir karena proses pembentukan rekomendasi untuk meningkatkan standar perilaku dalam akuntabilitas publik. Prinsip ini dibuat oleh Komite Standar dalam Akuntabilitas Publik yang dibentuk oleh inggris dan diketuai oleh Lord Nolan pada tahun 1994. Ada tujuh prinsip yang telah dibuat. Penerapannya yang meluas hingga ke tata kelola perusahaan membuktikan bahwa prinsip ini relevan dan bermanfaat bagi seluruh lini kehidupan bahkan dalam bisnis.
Dalam tulisan kali ini terutama di poin tujuh prinsip NOLAN saya akan menjabarkan opini saya tentang mengapa prinsip yang disebutkan dalam buku Fundamental of Risk Management karya Paul Hopkin dan Clive Thompson ini relavan dan cocok digunakan dalam bisnis, bukan hanya pada peningkatan standar akuntabilitas publik. Namun juga pentingnya adaptasi penerapan prinsip NOLAN pada bisnis serta manfaatnya. berikut opini saya terkait ketujuh prinsip NOLAN.
1. Selflessness (Tidak mementingkan diri sendiri) – seorang pebisnis terutama yang bidang usahanya berjalan dalam bentuk tim tentu harus memiliki sikap dan perilaku ini. Hal ini meliputi dalam pengambilan keputusan, penggunaan fasilitas bisnis, dan lain-lain. Seorang pebisnis harus mengambil keputusan dalam bisnisnya dengan pertimbangan kepentingan bersama dan bukan berdasarkan pada keinginan untuk meraup keuntungan pribadi. Jika seorang pebisnis memiliki sikap ini dalam menjalankan usahanya, maka akan lebih menyenangkan bagi seluruh tim dalam usahanya untuk memberikan produktivitas terbaik yang mereka miliki karena sikap selflessness ini mampu menjadi bagian dari mitigasi risiko yang dilakukan seorang pebisnis. Risiko apa itu? Risiko adanya kerugian akibat bisnis yang berjalan tanpa adanya keselarasan tujuan antar tim dan mampu menjadi peluang bagi pebisnis untuk meningkatkan kinerja tim karena timbulnya rasa loyalitas sebab merasa dihargai setiap hak dan pendapatnya.
2. Integrity (integritas) – Seorang pebisnis harus memiliki sikap ini, integritas sendiri berarti suatu kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten dan utuh, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik sehingga dapat menghindar dari orang-orang yang berniat memengaruhinya. Sikap ini menurut saya pribadi sangat urgen untuk dimiliki oleh seorang pebisnis, berkaitan dengan poin yang pertama, dengan memiliki sikap berintegritas maka seorang pebisnis akan dengan mudah melepaskan keinginannya untuk memutuskan sesuatu atas kepentingan pribadinya karena setiap keputusannya adalah atas nilai dan kode etik yang dipegang. Selain itu, perilaku ini juga mampu membuka peluang peningkatan kepercayaan konsumen terhadapa produk yang diatawarkan dalam bisnis.
3. Objectivity (objektif) – Seorang pebisnis harus menentukan dan memilih sesuatu atas fakta dan kenyataan yang ada bukan karena pandangan pribadinya atau perasaan pribadinya. Dengan menerapkan sikap ini, seorang pebisnis akan lebih mampu melihat peluang dan masalah secara nyata dan menemukan solusi yang pas walaupun mungkin akan ada risiko yang mengganggu kepentingan pribadinya.
4. Accountability (akuntabilitas) – Pebisnis bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan mereka kepada publik dan bisnis yang dijalaninya serta harus tunduk pada pengawasan apa pun yang sesuai dengan jabatan mereka. Dengan memiliki sikap ini seorang pebisnis akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menjalankan tugas dan peranan tanggung jawabnya pada bisnis. Hal ini menghindarkan sebuah bisnis dari penurunan produktivitas akibat sumber daya manusia nya yang tidak bertanggung jawab sebagaimana mestinya.
5. Openness (transparan) – pebisnis harus seterbuka mungkin terhadap semua keputusan dan tindakan yang mereka ambil. Pebisnis harus mampu memberikan alasan atas keputusan mereka dan membatasi informasi hanya ketika kepentingan publik yang lebih luas jelas menuntut. Sebuah usaha yang dijalankan oleh orang dengan sikap ini tentu akan juga lebih mudah menampung opini dari orang lain yang bersifat membangun untuk dijadikan pertimbangan dalam memperluas bisnis.
6. Honesty (kejujuran) – seorang pebisnis tentu harus menjalankan dan meemiliki sikap ini sebagai dasar dari segala perbuatan dan tindakan yang dilakukannya. Tidak hanya dalam menjalankan bisnis namun juga dalam seluruh aspek kehidupannya. Sikap ini memberikan risiko yang tinggi apabila tidak dimiliki oleh seorang pebisnis. Dengan tidak memiliki sikap ini, seorang pebisnis terancam kehilangan semuanya baik usaha, bisnis, pendapatan dan bahkan reputasinya di mata masyrakat sebagai konsumen.
7. Leadership (kepmimpinan) – Pebisnis harus mempromosikan dan mendukung prinsip-prinsip di atas dengan kepemimpinan dan memberikan teladan. Dengan memiliki keenam prinsip dan sikap di atas, pebisnis juga dituntut harus bisa memengaruhi, mengajak, dan mencontohkan sikap-sikap tersebut baik kepada internal bisnisnya maupun eksternal bisnisnya. Hal ini tentu menjadi peluang meningkatnya reputasi baik bagi seorang pebisnis maupun bagi bisnisnya itu sendiri.
Berikut opini saya terkait penerapan tujuh prinsip Nolan dan manfaatnya jika diterapkan dalam bisnis. Dengan tulisan ini saya berharap bahwa tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi para pembaca terutama yang tengah menjalankan bisnis. Sekian, terima kasih.
Penulis : Rara ramadani rahayu, Mahasiswi semester 5, Prodi Manajemen Bisnis Syariah, STEI SEBI