Palembang Independen — Kampung Arab merupakan kampung tertua yang ada di Palembang, di dalamnya terdiri dari komunitas masyarakat yang berasal dari etnis Arab. Kampung Arab berlokasi di wilayah 13 Ulu Palembang, tepatnya di tepian Sungai Musi. Awal mulanya kampung Arab ini berdiri karena peradaban etnis Arab yang menyebarkan agama Islam di Kota Palembang lewat jalur Perdagangan. Seperti yang diutarakan Suwardi MS bahwasanya : “Penyebaran agama Islam dilakukan melalui perdagangan yang berjalan dengan damai. Sebagai mana dimaklumi bahwa sistem pelayaran dan perdagangan antara Timur dan Barat telah berlangsung sejak permulaan tahun Masehi. Sejak zaman kuno, lokasi kepulauan Nusantara merupakan tempat persilangan jaringan lalu lintas laut yang menghubungkan benua Timur dan benua Barat”.
Catatan sejarah membuktikan bahwa sungai Musi merupakan pusat peradaban kerajaan Sriwijaya. Di samping itu sungai Musi Merupakan pusat pelayaran dan perdagangan bagi peradaban masyarakat waktu itu, dan di sungai Musi inilah terjadinya akulturasi budaya, tak terkecuali etnis Arab yang menyebarkan agama Islam melalui jalur perdagangan dan membawa budayanya ke kota Palembang. Sejak tiga abad yang lalu ajaran Islam masuk ke kota Palembang tepatnya pada zaman kesultanan Darussalam. Salah satu tokoh yang sangat berperan penting dalam penyebaran agama Islam di kota Palembang yakni Habib Abdurrahman Al-Munawwar. Sampai sekarang peradaban Islam yang disebarkan oleh etnis Arab tersebut semakin berkembang, sehingga membentuk sebuah perkampungan yang dikenal dengan nama kampung Arab Al-Munawwar.
Begitu banyak perkampungan yang berada di tepian Sungai Musi, salah satunya adalah kampung Arab Al-Munawwar. Kampung Arab ini memiliki keunikan dan ciri khas budaya tersendiri salah satunya adalah ornamen yang menghiasi bangunan rumah tradisional kampung Arab AlMunawwar. Menurut bapak Abdillah Alkaf selaku sekretaris kampung Arab AlMunawwar usia bangunan diperkirakan sudah melebihi 250 tahun yang lalu, begitu juga dengan ornamen yang menghiasinya. Secara keseluruhan ornamen kampung arab menggunakan motif geometris, motif flora dan fauna serta motif alam benda.
Ornamen Arsitektur Motif pada Bangunan
Dalam prosesnya motif yang diciptakan sudah mengalami stilisasi bentuk sehingga wujud ornamen yang dihasilkan tidak lagi sama dengan wujud aslinya. Lahirnya suatu karya seni khususnya ornamen tentu sangat dipengaruhi oleh masyarakatnya, misalnya kampung Arab yang notabennya beragama Islam sedikit banyaknya mempengaruhi ornamen-ornamen yang menghiasi bangunan tempat tinggal mereka. Maka dari itu ornamen merupakan salah satu wujud kebudayaan berupa benda material yang bergayut erat dengan kehidupan manusia.
Pada wawancara yang kami lakukan di salah satu kampung Arab yang beralamatkan di 7 Ulu, bersama warga pada Rabu, 22/10/2025, menceritakan bahwa mereka adalah generasi ke -36 di kampung Arab tersebut. Kemudian dari yang kami amati pada bangunan rumah- rumah warga yang ada di sana tidak begitu spesifik seperti di kampung Arab Al Munawwar, rumah warga disana hanya berbentuk ruma panggung biasa pada umumnya. Jika menganut budaya rumah orang Arab ialah bentuk rumah kotak dengan atap datar membantu sirkulasi udara, menjaga suhu dalam rumah tetap stabil, dan dinding tebal dari tanah liat bertindak sebagai isolator panas, sementara tradisi arsitektur menekankan privasi dan nilai estetika.
Budaya mereka pada saat menjelang bulan Maulid adalah mengadakan pembacaan Maulid setiap malam di awali membaca bersama orang sekampung yang di adakan di masjid, kemudian secara bergilir setiap malam di rumah-rumah warga dan di akhiri di masjid pula, kegiatan tersebut merupakan salah satu contoh melestarikan budaya dari generasi-generasi terdahulu, yang tidak pernah terlupakan. Kemudian ketika tiba Hari Raya Idulfithri, seusai sholat eid meraka akan langsung berkeliling silaturahmi ke rumah-rumah setiap orang yang ada di kampung Arab tersebut tanpa terkecuali. Kemudian di Hari Raya Idulfithri ke-2 mereka bersilaturahmi ke rumah-rumah saudara jauhnya. Hal ini juga merupakan budaya yang terus dilestarikan oleh mereka, dan tidak pernah terlupakan.
Beragam marga terkumpul dalam 1 kampung, seperti Al-Jufri, Baharun, Barakbah, Aaydrus, Assegaf, Al- Habsyi, Ba’bud, Bachsin dan masih banyak lagi. Budaya pernikahan etnis Arab pun tidak bisa sembarangan, etnis orang arab hanya diperbolehkan menikah dengan sesama etnis Arab, supaya tetap sambung sanad nya kepada nabi Muhammad SAW. Boleh menikah dengan orang awam (selain etnis Arab) untuk laki-laki, karena sanad nya masih sambung kepada nabi Muhammad SAW. Tetapi untuk perempuan asli yang etnis Arab, tidak bisa menikah dengan laki-laki awam, karena itu dapat memutus sanad nya. Khusus untuk etnis Arab yang ada di Indonesia akan mendapat privilege bantuan sosial langsung dari pemerintah Arab, biasanya dalam satu bulan sekali berupa beras 5 kg per kartu keluarga. Hal ini menandakn merek tidak terlupakan sekalipub sudah tidak berada di daerah aslinya (Arab).
Deskripsi dan Kajian Denotasi Kampung Al Munawar
Tipologi fungsi bangunan pada ampung Al Munawar hanyalah tipe hunian. Namun langgam arsitektur dari hunian tersebut berbeda-beda. Langgam yang pertama adalah langgam arsitektur vernakular Palembang, yaitu bentuk rumah yang menggunakan pendekatan dari rumah-rumah vernacularyang ada diPalembang terutama rumah limas. Terdapat dua rumah dengan pendekatan ini yaitu Rumah Tinggi dan Rumah Darat.Rumah Tinggi menggunakan langgam Rumah Limas Gudang sedangkan Rumah Darat menggunakan langgam Rumah Limas.
Langgam kedua adalah langgam arsitektur Eropa dengan penyesuaian terutama pada material pembentuk bangunan. Pada ketiga rumah ini tidak hanya tampang bangunan yang menggunakan langgam arsitektur Eropa namun juga sampai pada detail ornament di bagian luar terutama kusen jendela.
Langgam ketiga adalah langgam arsitektur Indis. Arsitektur Indis merupakan sebuah pendekatan arsitektur yang terjadi pada masa Hindia Belanda dengan proses yang panjang yang intinya adalah menempatkan arsitektur setempat yang lebih cocok terhadap iklim tropis lembab dan juga mengambil bentuk-bentuk arsitektur modern. Penggabungan yang antara yang tradisional dan modern, dan dengan memperhatikan bahan material bangunan serta iklim setempat inilah yang disebut dengan arsitektur indis (Prastiwiet al., 2019).
Tulisan ini dibuat oleh Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang dan tidak mewakili redaksi.





