Palembang Independen – Merebaknya kasus gagal ginjal akut misterius pada anak yang terjadi di Indonesia menjadi sorotan Gubernur Sumsel H Herman Deru. Saat safari Jum’at di Masjid Mustaqim Kelurahan Ario Kemuning Palembang, Jum’at (21/10), Gubernur Herman Deru mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap kasus gagal ginjal misterius tersebut.
“Gagal ginjal akut ini harus diwaspadai. Informasinya, gagal ginjal ini disebabkan karena obat sirup yang biasa digunakan saat anak sakit,” kata Herman Deru.
Terlebih, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, hingga 18 Oktober 2022 kemarin, setidaknya tercatat sudah ada 206 orang terdeteksi mengalami gangguan ginjal akut progresif atipikal atau dikenal dengan istilah penyakit gagal ginjal misterius di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, 99 orang atau 48 persen dinyatakan meninggal dunia. Kasus gagal ginjal tersebut dilaporkan dari 20 provinsi di Indonesia. Dimana mayoritas kasus itu terjadi pada anak usia 1-5 tahun.
Menurut informasi, kasus gagal ginjal akut pada anak tersebut terjadi akibat mengkonsumsi obat sirup yang diduga mengandung etilen glikol yang melebihi batas.
Saat ini, pmerintah melalui BPOM sendiri telah menarik penjualan obat sirup secara massal. Diketahui, obat sirup yang dilarang dan ditarik dari peredaran tersebut diantaranya, Termorex Sirup (obat demam), Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Demam Sirup (obat demam), Unibebi Demam Drops (obat demam).
Penetapan obat sirup yang dilarang tersebut merupakan hasil pengawasan terhadap obat cair yang diduga mengandung cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
“Jadi saat ini orang tua harus lebih teliti dalam memilih obat sirup untuk anak. Pemerintah sendiri saat ini sudah melarang penjualan obat sirup yang menyebabkan gagal ginjal tersebut,” tuturnya.
Selain kasus gagal ginjal tersebut, Herman Deru juga mengingatkan juga kepada masyarakat untuk waspada terhadap merebaknya kasus demam berdarah.
“Demam berdarah ini juga tengah menjadi sorotan. Apalagi, saat ini musim hujan. Banyak genangan air yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk demam berdarah. Saya minta, masyarakat terus masif menjaga kebersihan sehingga kita terhindar dari demam berdarah tersebut,” terangnya.
Bahkan, dia menginstruksikan pemerintah setempat seperti camat lurah hingga RT di lingkungan tempat tinggal melakukan upaya pemusnahan berkembangnya nyamuk demam berdarah seperti fogging.
“Jangan menunggu upaya dari pemerintah. Masing-masing kecamatan harus berkoordinasi untuk melakukan antisipasi seperti fogging. Ajak masyarakat berswadaya. Pemprov Sumsel juga akan membantu,” tegasnya.
Langkah itu, lanjutnya, untuk mengantisipasi timbulnya korban akibat terserang demam berdarah.
“Kita harus lakukan langkah cepat untuk mengatasi persoalan itu. Kasihan melihat warga khususnya anak-anak jika terkena demam berdarah tersebut,” jelasnya.
Disisi lain, di momen safarai Jum’at tersebut, Herman Deru juga mengapresiasi pengurus dan jemaah masjid Mustaqim yang telah swadaya dalam pengembangan tempat ibadah tersebut.
“Kegotong-royongan ini terjadi karena masyarakat dan pengurus masjid saling percaya. Tansparansi dalam pengelolaan keuangan dalam pembangunan masjid ini menjadi hal yang mendorong kepercayaan itu sehingga pembangunan masjid ini terlaksana dengan baik,” ujarnya.
Namun demikian, Herman Deru meminta agar masjid tersebut diisi dengan sejumlah kegiatan keagamaan seperti TPA hingga rumah tahfidz.
“Rumah tahfidz tidak diukur dengan tempatnya tapi kegiatannya. Ini merupakan bentuk tanggung jawab kita terhadap kemakmuran masjid,” sebutnya.
Apalagi, dia menjelaskan, keberadaan rumah tahfidz telah membawa kafilah Sumsel meraih perestasi di tingkat nasional.
“16 tahun kita tidak pernah masuk dalam 10 besar pada MTQ Nasional. Namun saat ini, Sumsel justru duduk di peringkat ke 8. Ini juga karena keberadaan rumah tahfidz sehingga potensi generasi muda di bidang keagamaan ini dapat ditampung,” pungkasnya. (Ril)