Banner Muba

Palembang Independen – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) melaksanakan Rapat Paripurna XX (20) Tahun 2025 dengan agenda utama penyampaian laporan hasil pelaksanaan kegiatan reses pimpinan dan anggota DPRD Provinsi Sumsel, Rabu (10/9/2025).

Rapat dipimpin oleh Ketua DPRD Sumsel, Andie Dinialdie, didampingi Wakil Ketua Ilyas Panji Alam dan Raden Gempita. Turut hadir pula Wakil Gubernur Sumsel, Cik Ujang, serta sejumlah perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. 10 Dapil menyampaikan hasil resesnya melalui juri bicaranya masing -masing. Juru Bicara Daerah Pemilihan (Dapil) V, Atthahirah Putri Lestari, SE, membeberkan deretan keluhan masyarakat yang dinilai tak kunjung ditangani secara serius oleh pemerintah.

“Sebagian besar aspirasi warga masih berkutat pada masalah klasik yang belum tertangani optimal, mulai dari infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hingga persoalan ekonomi dan ketenagakerjaan,” tegas politisi PPP ini.

Rapat Paripurna XX DPRD Sumsel

Warga menyoroti kondisi jalan provinsi maupun desa yang rusak parah sehingga menghambat mobilitas dan aktivitas ekonomi. Persoalan listrik desa yang belum merata serta akses internet yang lemah di OKU Selatan juga disebut memperlebar kesenjangan pembangunan. Di bidang pendidikan, sekolah kekurangan ruang kelas, laboratorium, hingga tenaga pendidik. Banyak anak dari keluarga miskin terancam putus sekolah karena biaya.

“Program beasiswa harus diperluas agar anak-anak tidak berhenti sekolah hanya karena faktor ekonomi,” ujarnya.

Sementara di sektor kesehatan, Puskesmas dan Poskesdes kekurangan dokter dan bidan. “Keluhan paling sering datang dari warga desa yang harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk mendapat layanan kesehatan dasar,” ungkap Atthahirah.

Sebagai daerah agraris, petani masih kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi, bibit unggul, dan pemasaran hasil panen. Mereka juga menanti dukungan alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan produktivitas.

Di sektor ekonomi, masyarakat mendesak adanya pelatihan keterampilan kerja, penguatan UMKM, koperasi desa, dan penciptaan lapangan kerja baru. Bantuan sosial untuk keluarga miskin, lansia, dan disabilitas juga terus menjadi kebutuhan mendesak. Selain lambannya layanan birokrasi, persoalan stunting juga mencuat sebagai ancaman serius, terutama di wilayah terpencil yang minim jangkauan layanan pemerintah.

“Semua aspirasi ini kami sampaikan sebagai tanggung jawab moral kepada masyarakat yang sudah memberi amanah kepada kami. Pemerintah Provinsi harus menindaklanjuti secara konkret dan terencana,” tegas Atthahirah.

Rapat Paripurna XX DPRD Sumsel

Juru Bicara Dapil VI, M. Muaz Ar Rifqi, mengungkapkan sederet keluhan masyarakat yang belum terselesaikan. Rapat paripurna dipimpin Ketua DPRD Sumsel Andie Dinialdie bersama Wakil Ketua Ilyas Panji Alam dan Raden Gempita, serta dihadiri Wakil Gubernur Sumsel Cik Ujang.

Rifqi menegaskan, masalah infrastruktur dasar masih menjadi keluhan terbesar warga. Jalan dan jembatan yang rusak parah, saluran irigasi yang tidak berfungsi, hingga keterbatasan akses air bersih dan jaringan komunikasi di pedesaan, disebut menghambat aktivitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari masyarakat.

“Warga meminta pemerintah provinsi agar memprioritaskan perbaikan dan pembangunan infrastruktur dasar, karena ini menyangkut aksesibilitas, mobilitas, dan aktivitas ekonomi mereka sehari-hari,” tegas Rifqi.

Selain itu, para petani di Muara Enim, PALI, dan Prabumulih juga menghadapi persoalan berat. Minim akses permodalan, bunga kredit pertanian yang tinggi, serta lemahnya dukungan koperasi atau lembaga keuangan mikro membuat mereka sulit meningkatkan produktivitas.

“Masyarakat desa, khususnya petani, merasa belum sepenuhnya merasakan kehadiran negara dalam bentuk kebijakan yang memihak. Ini harus menjadi catatan serius bagi pemerintah daerah,” ujarnya.

Rapat Paripurna XX DPRD Sumsel

Politisi PKS ini berharap pemerintah provinsi segera menindaklanjuti keluhan tersebut dan menyelaraskan rencana pembangunan dengan visi gubernur “Sumsel Maju Terus untuk Semua”.

“Percepatan pembangunan harus benar-benar dirasakan hingga ke pelosok desa, bukan hanya di perkotaan,” pungkas Rifqi.

Juru Bicara Dapil VIII, Rica Novlianty, menyebutkan kondisi sarana pendidikan di sejumlah sekolah menengah kejuruan di Lubuklinggau sangat memprihatinkan. SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 3 disebut kekurangan laboratorium komputer, fasilitas laptop, hingga ruang kelas yang rusak.

“Lapangan sekolah yang kerap banjir, akses jalan rusak, minimnya pencahayaan, serta fasilitas keamanan dan keagamaan yang belum memadai, menjadi masalah serius yang harus segera dijawab,” kata Rica.

Tak hanya sekolah formal, sejumlah pondok pesantren juga mengalami keterbatasan fasilitas belajar dan tempat tinggal santri, di antaranya Ponpes Syifaul Jannah dan Ponpes Riyadus.

Di sektor infrastruktur, warga Musi Rawas menyoroti jalan utama Sekayu–Musi Rawas yang rusak parah, terutama di Desa Petanang dan Desa Remayu, Kecamatan Tuah Negeri. Jalan ini merupakan jalur vital bagi aktivitas masyarakat, termasuk pelajar dan petani.

“Perbaikan jalan ini mendesak, karena langsung memengaruhi akses ekonomi dan pendidikan warga,” tegasnya.

Keluhan juga datang dari sektor ekonomi. Warga meminta sentra produksi pertanian, bantuan bibit, pupuk, ternak, hingga dukungan pemasaran hasil panen. Mereka juga mendesak pembukaan lapangan kerja baru dan bantuan modal usaha untuk pemuda.

Tak kalah penting, usulan pembangunan sekolah baru, renovasi sekolah terbengkalai, penambahan guru, hingga beasiswa gratis untuk siswa miskin turut mengemuka.

“Beberapa sekolah yang kami kunjungi kekurangan tenaga pengajar dan fasilitas belajar. Ini jelas menghambat kualitas pendidikan,” ujarnya.

Bidang sosial dan keagamaan juga menjadi sorotan, mulai dari pembangunan asrama yatim, renovasi pondok pesantren, hingga perbaikan rumah ibadah.

Rica menegaskan agar Pemerintah Provinsi Sumsel menindaklanjuti aspirasi masyarakat secara nyata, bukan sekadar laporan tahunan.

“Belanja bantuan keuangan harus tepat sasaran, terutama untuk pendidikan dan infrastruktur dasar. Kami mendesak Dinas Pendidikan menjadikan SMK Negeri 1 dan 3 Lubuklinggau sebagai prioritas rehabilitasi tahun anggaran mendatang,” tegas Rica.

Andi Rizkyansyah, juru bicara Dapil IX (Muba), menyampaikan sederet keluhan warga yang dijaring selama reses. Menurutnya, persoalan infrastruktur masih menjadi tuntutan utama.

“Banyak jalan antar desa, antar kabupaten, hingga antarprovinsi di Muba yang rusak dan butuh segera diaspal. Warga juga meminta pembangunan jembatan dan tembok penahan tanah untuk mencegah longsor dan banjir,” tegas Andi.

Selain jalan, masalah penerangan jalan umum, drainase buruk, tempat penampungan sampah minim, serta keterbatasan air bersih turut menjadi sorotan. Keluhan yang paling mendesak adalah listrik byarpet dan lemahnya jaringan telekomunikasi.

“Masih ada wilayah yang belum tersambung listrik permanen. Sinyal telekomunikasi juga lemah, membuat warga sulit berkomunikasi dan mengakses informasi,” ujarnya.

Di sektor pendidikan, Andi menyampaikan kebutuhan pembangunan ruang kelas baru, laboratorium, perpustakaan, aula, hingga sekolah baru jenjang SD dan SMA. Aspirasi lain berupa bantuan alat penunjang pendidikan seperti alat praktik, drum band, dan perlengkapan Pramuka juga muncul.

Sementara di bidang kesehatan, masyarakat mendesak pembangunan Puskesmas rawat inap dan peningkatan fasilitas Puskesmas pembantu di desa-desa terpencil, serta tambahan alat kesehatan untuk layanan dasar.

Untuk penguatan ekonomi, warga meminta bantuan modal usaha bagi UMKM, pedagang pasar, kelompok tani, hingga peternak ayam petelur. Masyarakat juga menekankan pentingnya pengembangan sawah modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Rapat Paripurna XX DPRD Sumsel

Andi menegaskan, satu isu besar yang menimbulkan keresahan adalah status kawasan hutan yang membelit sejumlah desa.

“Warga hidup dalam ketidakpastian karena lahan yang mereka kelola turun-temurun masih berstatus kawasan hutan. Mereka khawatir suatu saat bisa digusur. Kami minta Gubernur dan Wakil Gubernur memfasilitasi koordinasi dengan kementerian terkait untuk penataan ulang tata batas,” tegasnya.

DPRD Dapil IX pun merekomendasikan beberapa poin penting: perbaikan infrastruktur jalan, jembatan, listrik, dan drainase; pemenuhan sarana pendidikan; pembangunan fasilitas kesehatan lengkap; bantuan usaha dan alat pertanian; serta penyelesaian status lahan kawasan hutan.

“Semoga aspirasi masyarakat Muba yang kami bawa dapat menjadi rujukan pembangunan berkelanjutan di Sumsel,” tutup Andi.

Acara dilanjutkan dengan penandatanganan keputusan DPRD Sumsel oleh Ketua DPRD Sumsel Andie Dinialdie disaksikan Wagub Sumsel Cik Ujang. Sedangkan Ketua DPRD Sumsel Andie Dinialdie mengatakan, dengan selesainya penandatanganan keputusan DPRD Sumsel maka selesailah rapat paripurna DPRD Sumsel ke XX DPRD Sumsel. (Adv)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *