Griya Literasi

Palembang Independen — Meski perhelatan akbar PEMILU masih berselang setahun lebih, namun gaungnya sudah kemana-mana seiring sudah mulai berjalan tahapannya. Sorotan tajam dari pengamat politik, sikap pro kontra para pendukung partai penguasa dan oposan berseliweran dimedsos. Simpulnya bahwa negeri ini masih yakin bahwa penyelesaian persoalan bangsa adalah melalui PEMILU.

Karena sudah tercipta menjadi suatu budaya maka tantangan bagi kandidat maupun parpol peserta PEMILU tetap saja berkaitan dengan biaya politik yang mahal karena anggapan yang instan untuk meraup suara adalah dengan cara money politic. Tentu saja pada satu kelompok akan menonjolkan politik identitas sebagai jargon.

Hal lain terkait diskoneksi antara kandidat dengan pemilih atau parpol, rendahnya akuntabilitas representasi partai politik, dan reduksi keikutsertaan masyarakat yang hanya beranggapan sebagai voters semata. Hingga tatanan PEMILU itu jauh dari kesempurnaan yang dikehendaki dari marwah diselenggarakannya PEMILU itu sendiri.

Dan saat ini issue yang mencuat adalah dikotomi antara Kelompok Penguasa dengan Oposisi dengan menyuarakan PEMILU 2024 akan terjadi kecurangan yang lebih massif dari PEMILU 2019, dengan melibatkan seluruh komponen penyelenggara PEMILU termasuk APH, KPU, PANWAS, PPK dan PPS. Dimana akan ada mobilisasi terselubung menjelang PEMILU nanti.

Guna menepis anggapan tersebut perlu adanya langkah – langkah strategis diantaranya meningkatkan daya kritis masyarakat terhadap PEMILU melalui sosialisasi dan pendidikan pemilih yang massif, pendataan yang akurat, dan transparansi pada setiap tahapan penyelenggaraan PEMILU.

Dan yang tak kalah penting, kesigapan merespon informasi yang berkembang dimasyarakat harus menjadi titik tumpu. Karena canggihnya teknologi era 4.0 saat ini menjadi ukuran nilai –nilai keadilan dan kebenaran. Kata “VIRAL’ saat ini merupakan senjata paling ampuh bagi masyarakat .

Pada akhirnya memang dengan biaya yg mencapai 76 trilyun , kita berharap pemilu 2024 dapat menjadi pemilu yg mempersatukan masyarakat sehingga tidak lagi terjadi polarisasi, pemilu yg damai serta menghasilkan pemimpin dekat dengan rakyatnya usai kenduri nasional tersebut.

Dan sebagai outputnya dihasilkan PEMILU berkualitas, pemimpin yang dicintai rakyat, pemerintahan yang berwibawa hingga kesinambungan pembangunan dipastikan berjalan baik.

Penulis: Gatot Wijayanto, SH

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *