Griya Literasi

Palembang Independen – Wakil Rektor (Warek) III bersama Kepala Biro AAKK (Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang menjenguk ALP (19), seorang mahasiswa yang diduga disiksa saat mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa Khusus (UKMK) UIN Raden Fatah Palembang di Rumah Sakit Hermina Jakabaring Palembang, Senin (3/10/2022).

Usai menjenguk, Warek III UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Hj. Hamidah, M.Ag mengungkapkan akan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki pelaku pengeroyokan serta pemicunya. “Kita sudah mempersiapkannya terutama dalam investigasi menyelidiki para pelaku, kita sudah membentuk tim, nanti kita diskusikan lagi kita rapatkan apa yang harus kita rencanakan,” kata Hamidah dikutip dari Detik Sumsel.

Setelah bertemu korban dan keluarganya, Warek III UIN Raden Fatah ini mengatakan jika kondisi korban perlahan mulai kembali pulih. Sementara, ketika dibincangi soal evaluasi terkait kejadian ini, Hamida belum bisa memberikan keterangan sebelum investigasi selesai.

“Kita intinya sebelum investigasi, kami tidak mengeluarkan statement, pokoknya nantilah setelah urusan selesai semua baik investigasi kita baru ngomong, intinya tunggu saja sampai selesai,” tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, Seorang Mahasiswa diduga disiksa saat mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa Khusus (UKMK) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Jumat (30/9/2022).

Korban yang diketahui berinisial ALP adalah seorang Mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora angkatan 2021, mengikuti Diksar UKMK Penelitian dan Pengembangan yang berlangsung di Bumi Perkemahan Gandus Palembang selama 4 hari (29 September 2022-02 Oktober 2022).

Salah satu teman korban yakni MRK menuturkan bahwa kejadian bermula saat korban berkomentar tentang UMKM yang diikuti korban. Diduga senior korban tidak senang, sehingga terjadi penganiayaan yang membuat korban trauma hingga saat ini.

“Kami melaporkan kejadian tersebut ke orangtuanya,lalu orangtua dan pihak kepolisian menjemput korban di lokasi perkemahan Bumi Gandus Palembang, Minggu (2/10/2022),” kata teman korban MRK saat dihubungi, Senin (3/10/2022).

Dikatakan MRK, saat dijemput kondisi korban sangat memprihatinkan dimana korban berjalannya kencot, wajahnya bengkak dan tidak menggunakan pakaian.

“Belakangan diketahui korban disiksa, di sundut pake rokok dan ditelanjangi oleh sejumlah oknum panitia,” tuturnya.

Menurut MRK, peristiwa itu berawal saat korban berkomentar atas bergabungnya korban ke UKMK dan mengikuti agenda tahunan yang akan diselenggarakan di Bangka Belitung.

“Di awal dia (korban) di minta uang senilai Rp300 ribu dan harus membawa makanan sendiri selama acara dengan dijanjikan untuk mengikuti Diksar yang rencananya akan berlangsung di Bangka. Namun nyatanya tidak jadi dan berlangsung di Bumi perkemahan Gandus,” katanya.

Diduga korban berkomentar mengenai tidak jadinya diksar di bangka di grup lain dan sampai ke telinga panitia. Panitia yang merasa malu pun mencari korban saat berada di perkemahan.

“Korban pun dicari oleh panitia, dan memeriksa Handphone korban. Benar saja panitia menemukan isi percakapan yang membahas mengenai tidak jadinya Diksar di Bangka. Pelaku yang kesal pun langsung menganiaya korban dengan dishut rokok dan ditelanjangi oleh oknum tersebut, bahkan korban diancam tidak boleh melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib,” ungkapnya.

Saat ini korban lanjut MRK masih menjalani perawatan di RS Hermina.“Dirawat di rumah sakit untuk pemulihan dan psikisnya,” pungkasnya.

Kapolsek Gandus Palembang, AKP Wanda Dhira Bernard mengatakan bahwa kedua belah pihak sudah melakukan perdamaian.

“Kedua belah pihak sudah melakukan perdamaian sabtu kemarin meminta kita melakukan perjanjian hitam diatas putih. Dan kemauan mereka sendiri bukan kita arahkan,”ujarnya.

Ia mengungkapkan, bahwa ada dua laporan yang masuk ke Polsek Gandus.

“Yang pertama itu laporan ribut karena konsumsi dan yang satu lagi laporan dari orangtua korban meminta kita menjemput anaknya di perkemahan yang diikuti korban atau di daerah Gandus,”jelasnya.

Lebih lanjut, permasalah tersebut sudah mereka ambil keputusan untuk mengambil jalan damai.

“Memang ada itu, karena korban ini ternyata mengikuti dua organisasi yang berbeda. Yang satu diikuti korban saat diksar dan yang satu lagi organisasi yang ada di UIN juga,” katanya.

Ia menuturkan sangat keberatan atas keluarga korban yang saat ini masih mempermasalahkan hal ini.

“Kalau tahu seperti ini, kenapa kemarin damai, kami sama sekali tidak mengarahkan kesana. Sudah ada surat hitam diatas putih. Harusnya kalian tanya orangtuanya kenapa,” katanya. (ALI/*)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *