Palebang Independen — Palembang tidak hanya di kenal dengan jembatan Ampera dan pempek nya yang lezat. Di balik hiruk-piuk kota ini, terdapat salah satu situs bersejarah yang sarat nilai spritual, yaitu Makam Sabokingking. Tempat ini bukan sekedar makam biasa, melainkan bagian penting dari sejarah dan tradisi masyarakat Palembang.Makam Sabokingking dipercaya sebagai tempat peristirahatan tokoh penting di masa Kesultana Palembang. Dari hasil wawancara kami bersama ketua umum penjaga Makam nya bahwasannya banyak peziarah yang datang kesini untuk berdoa dan mecari ketenangan.
ASPEK HISTORIS MAKAM SABOKINGKING
Makam Sabokingking terletak di Kelurahan Sungai Buah, Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang, Sumatra Selatan. Kawasan ini diyakini sudah memiliki fungsi sakral sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7–13 M). Hal ini didukung oleh temuan Prasasti Telaga Batu yang berjarak tidak jauh dari lokasi makam, berisi kutukan bagi pengkhianat kerajaan — menandakan kawasan tersebut telah menjadi pusat spiritual dan administratif Sriwijaya.
Terdapat 3 teras di makam ini, yaitu:
Teras 1: berisi Merupakan bagian paling rendah dan luas dari kompleks. Biasanya ditempati oleh tokoh pengikut, ulama, dan panglima yang berjasa pada masa pemerintahan raja. Salah satu nya adalah Ki Mas Agus Bodrowongso (Ki Abdurahman) Tokoh panglima besar dan pejuang yang berperan dalam mempertahankan Kesultanan Palembang.Makam beliau berada di teras pertama, menunjukkan kedudukan penting namun di bawah raja.Dipercaya sebagai sosok spiritual sekaligus penjaga wilayah pada masa awal kesultanan.Nisan berbentuk sederhana dari batu andesit, tanpa banyak ornamen.
Teras 2: berisi makam yang berfungsi sebagai penghubung antara makam bangsawan dengan tokoh-tokoh penting lainnya. Di teras ini terdapat beberapa makam keluarga istana dan keturunan raja. Habib Mohammad Nuh Ali Fasyah (Tuan Sayid Mohammad Nuh) adalah namanya.
Teras 3: Bagian paling sakral, berisi makam para raja dan tokoh utama Kesultanan Palembang Darussalam. Teras ini ditinggikan sekitar 1 meter dari tanah sekitarnya, dengan dinding bata merah dan gerbang melengkung. Tokoh penting yang di maksud adalah (Pangeran Sido Ing Kenayan), (Ratu Sinuhun). Selain dua tokoh utama di atas, terdapat sekitar 21 makam lain di teras ketiga yang merupakan bagian dari keluarga kerajaan dan tokoh bangsawan Kesultanan Palembang, antara lain.Raden Usman (Purbaya),Raden Ayu Ratu Laut,Putri Sloka,Putri Perak,Sayid Moh. Omar Al-Bashir (ulama istana), Raden Umar dan beberapa keturunan langsung raja-raja Palembang lainnya. Nisan-nisan di bagian ini umumnya berukir halus dan memiliki ukiran floral, kaligrafi Arab, serta bentuk khas Melayu-Palembang.
ASPEK ARSITEKTURAL MAKAM SABOKINGKING
Selain unsur fisik, arsitektur Sabokingking juga sarat makna simbolik. Air yang mengelilingi kompleks berfungsi sebagai elemen penyucian diri dan batas antara dunia fana dan dunia spiritual. Gerbang melengkung di pintu masuk menjadi simbol peralihan dari dunia profan menuju dunia sakral para leluhur. Teras bertingkat menggambarkan hierarki sosial dan spiritual yang dianut masyarakat Melayu-Palembang: raja dan bangsawan di atas sebagai pemimpin spiritual, ulama di tengah sebagai penjaga agama, dan rakyat di bawah sebagai pengikut yang setia. Keseluruhan tata ruangnya menunjukkan filosofi vertikalitas spiritual Islam yang terintegrasi dalam budaya lokal.
Fungsi kompleks Sabokingking tidak hanya sebagai tempat pemakaman, tetapi juga sebagai pusat ziarah, pendidikan spiritual, dan pelestarian adat Melayu-Islam. Hingga kini, masyarakat Palembang rutin melakukan ziarah ke kompleks ini pada bulan Maulid dan Sya’ban sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Tradisi tersebut memperkuat nilai- nilai kekerabatan, gotong royong, dan penghormatan terhadap tokoh-tokoh terdahulu yang menjadi ciri khas masyarakat Melayu Palembang. Dalam konteks budaya, Sabokingking menjadi simbol identitas Melayu-Islam Palembang, menunjukkan kesinambungan sejarah dari masa Sriwijaya (Hindu-Buddha) menuju masa Islam, serta pertemuan harmonis antara kekuasaan, agama, dan adat.
ASPEK NILAI DAN IDENTITAS MAKAM SABOKINGKING
Secara keseluruhan, Makam Sabokingking tidak hanya berperan sebagai peninggalan sejarah Kesultanan Palembang, tetapi juga sebagai cermin peradaban Melayu-Islam yang berakar kuat di Sumatra Selatan. Dari aspek sejarahnya, kompleks ini menunjukkan transformasi sosial-politik dan keagamaan; dari aspek arsitekturnya, ia memadukan nilai estetika lokal dan religius; dan dari aspek budayanya, ia meneguhkan jati diri Palembang sebagai kota yang menjunjung tinggi warisan leluhur dan tradisi Islam. Oleh karena itu, Makam Sabokingking merupakan situs cagar budaya yang merepresentasikan warisan arsitektur, sejarah, dan spiritualitas Melayu Palembang yang masih hidup hingga kini.
Tulisan ini dibuat oleh Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang dan tidak mewakili redaksi.





