Griya Literasi

Palembang Independen — Seorang pelajar CY berusia 14 tahun menjalani operasi usus buntu di RS Mohammad Hoesin beberapa waktu lalu dan kini mengalami rasa sakit luar biasa. Hal ini mendapat tanggapan langsung dari Direktur Medik, Perawatan dan Penunjang RSMH Palembang, dr. Marta Hendry SpU, Subsp Ped, MARS.

”Setelah dilakukan penyelidikan dan dipanggil juga dokter yang melakukan tindakan, dan melihat rekam medik sejak dari operasi pertama. Maka kami ambil kesimpulan bahwa memang pada saat diagnosa pertama itu memang peradangan apendisitis akut, kemungkinan suspect corporeasi di diagnosa awal dikarenakan pasien datang setelah 3 hari gejala,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (12/2/2023).

Setelah melalui penyelidikan dan konsultasi dengan dokter yang melakukan tindakan, ditemukan bahwa usus buntu yang dialami pelajar CY mungkin disebabkan oleh peradangan apendisitis akut. Hal ini dikarenakan pasien baru datang setelah tiga hari mengalami gejala. Dr Marta menjelaskan bahwa usus buntu biasanya mengalami kebocoran setelah dua hari peradangan dan bisa berperan dalam perforated appendix.

Baca Juga:  Perbedaan Sistem Politik Proporsional Terbuka dan Tertutup dalam Pemilihan Umum

”Pada saat pemeriksaan fisik ada devanuslir, yakni ada peradangan dinding perut tapi keras perut nya tapi masih terlokalisir di daerah perut kanan bawah,” katanya.

Pada saat pelajar CY datang ke rumah sakit, dia sudah lewat masa akut dan sudah ada penutup selaput perut pada perutnya. Namun, pada saat dilakukan pemeriksaan, ditemukan adanya peradangan dinding perut dan pasien juga terpapar Covid-19. Oleh karena itu, operasi usus buntu harus dilakukan dengan cara biasa.

“Jadi rencana awalnya ini adik ini akan dilakukan tindakan Laparoskopi atau operasi dengan luka kecil, tapi karena pasien covid itu tidak bisa dilakukan jadi lakukanlah operasi usus buntu seperti biasa,” ujarnya.

Baca Juga:  Larikan Uang Rp 600 Juta, Selebgram Palembang Dilaporkan ke Polrestabes Palembang

Setelah operasi pertama, ditemukan adanya kebocoran kecil yang menyebabkan peradangan dinding perut dan luka operasi berkembang menjadi nanah beberapa hari kemudian. Operasi kedua dilakukan untuk membersihkan luka nanah tersebut dan tidak ada bocoran usus yang terjadi.

“Operasi kedua itu dilakukan untuk membersihkan luka dari nanah dan perutnya tidak dibuka lagi. Jadi berita bahwa operasi kedua itu karena bocornya usus itu tidak benar. Yang ada adalah kebocoran pada apendiknya dan itu sudah ditemukan di operasi pertama, dan itu bocor karena penyakit itu sendiri,” tegasnya.

Dr Marta menegaskan bahwa pembengkakan alat kelamin yang dialami pelajar CY disebabkan oleh pembengkakan lemak dibawah kulit. Ia juga memastikan bahwa operasi kedua tidak dilakukan karena bocoran usus, melainkan karena kebocoran apendik yang ditemukan pada operasi pertama dan bocor karena penyakit itu sendiri.

Baca Juga:  FGD Sinergi dan Kolaborasi dengan Pemerintah dalam Menyongsong Sumsel Emas 2023

“Jadi pada saat operasi kedua itu dibersihkan dulu dimana disitu ada selaput keras yang menutup otot. Yang mana di situ ada peregangan sehingga untuk menyatukannya di longgarin dulu kulitnya agar parsial itu bisa menyatu, dan tentunya disini akan keluar darah dan dia mengarah ke tempat rendah yakni di kemaluan. Itu akan sembuh biasanya satu atau dua minggu,” tutupnya.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *